Hindari Karir Jatuh Karena Anak Yang Bermasalah
Sebuah karier gemilang dapat hancur karena kelalaian dalam mendidik anak. Orang tua harus menyadari bahwa mendidik anak bukan hanya sekadar memberikan kebutuhan materi, namun juga membentuk karakter dan nilai-nilai yang positif.
Orang tua memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan perilaku anak-anak mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan contoh dan pendidikan yang baik kepada anak-anak mereka, karena perilaku anak dapat mempengaruhi karir orang tua, terutama jika anak terlibat dalam urusan hukum.
Beberapa tokoh terkenal dengan karir gilang gemilang, mendadak jatuh atau karirnya tercemar karena ulah anak. Ini mengajarkan kepada saya bahwa mendidik anak adalah sangat penting.
Keteladanan Orang Tua
Yang pertama dan utama adalah: Orang tua harus memberi teladan, baru setelah itu boleh berharap mempunyai anak yang baik. Jangan terlalu berharap mempunyai anak berhati malaikat bila dirinya sendiri berkepribadian dan berperilaku buruk.
Ada pepatah, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya."
Peribahasa ini mengacu pada gagasan bahwa lingkungan dan pengalaman yang diterima seorang anak juga dapat memengaruhi perilaku dan sifat yang ditunjukkan. Dalam konteks ini, peribahasa tersebut menggambarkan bahwa anak cenderung memiliki perilaku yang mirip dengan orangtua mereka karena mereka terpapar pada lingkungan dan pengalaman yang sama selama masa pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Kemarin saya berdiri di tempat umum. Tak jauh dari saya berdiri, ada seorang ibu yang mengajak dua putrinya. Tak sengaja, saya melihat ada dua lembar uang dengan total Rp 15.000 berada tak jauh dari salah satu anak tersebut.
Saya berkata, "Dik. Itu uang kamu kah?"
Si anak menatap ke bawah. Memang dasarnya anak yang baik dan jujur, si anak bertanya ke ibunya, "Bu, ada duit. Punya kita bukan?"
Ibunya menjawab, "Sudah. Ambil saja. Lumayan buat beli es."
Saya kaget. Ibu itu pasti tidak menyadari bahwa pemikirannya salah, dan telah mengajari anaknya untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya.
Kiat Mendidik Anak
Ajarkan pada anak tentang budi pekerti yang luhur, meliputi sopan santun, kejujuran, kerja keras, toléransi, empati, dan tanggung jawab sosial. Juga mengenalkan anak pada tata krama, khususnya yang berlaku di lingkungannya.
Yang ke dua, ajarkan agama dengan sebaik-baiknya. Saya mémang bukan orang tua yang sholéh, tapi anak harus lebih sholéh/sholéha. Kalau saya tidak bisa mengajari agama, maka saya harus mencari guru agama yang lebih baik dari pada saya.
Semua agama sejatinya mengajarkan kebaikan. Bila diterapkan secara bersungguh-sungguh, maka pemeluknya akan menjadi orang baik. Justru berbahaya bila agama hanya dipelajari kulitnya saja. Seperti anak kecil yang baru belajar béladiri, yang petantang-peténténg dan merasa kelompoknya paling hébat biasanya justru yang sabuknya rendah. Sabuk paling tinggi malah menghindari perkelahian. Seperti itu kira-kira gambarannya.
Yang juga penting adalah anak jangan dimanja. Anak yang terlalu dimanja cenderung memiliki perilaku buruk, seperti temperamén yang sulit, perilaku agrésif, dan kurang memiliki rasa tanggung jawab. Hal ini dapat mengganggu hubungan sosial meréka dengan teman sebaya dan orang déwasa. Anak yang terlalu dimanja juga cenderung kurang dapat memahami perasaan dan kebutuhan orang lain karena terbiasa memperoléh perhatian dan kebutuhan meréka dipenuhi oléh orang lain. Hal ini dapat membuat meréka kurang empati terhadap orang lain dan sulit beradaptasi dalam situasi sosial.
Yang ke empat, saya akan mencukupi kebutuhannya. Sebatas cukup. Jangan melimpah atau bahkan mĂ©wah. Ajari anak naik angkutan umum. Kenalkan dengan jajanan pasar. Biasakan hidup prihatin. Kata orang tua zaman dulu, "Anak jangan diberi uang jajan banyak, karena bisa membuat bodoh." đ
Dr. Gail Gross, seorang psikolog klinis dan pendidik, menyatakan bahwa memberi anak harta berlebihan dapat merusak pengembangan nilai-nilai seperti kerja keras, tanggung jawab, dan rasa hormat pada orang lain. Anak-anak yang tumbuh dengan banyak harta dapat menjadi kurang bersyukur dan sulit menghargai keberhasilan yang didapat dengan usaha sendiri.
Saya pernah melihat ada "keluarga berada" (orang kaya) yang orang tua dan anaknya sombong. mereka berpikir bahwa segala masalah bisa diselesaikan dengan uang, dan cenderung memperlakukan orang lain yang lebih miskin dengan perilaku tidak pantas (tidak menghormati orang miskin). Parahnya, keluarga ini tidak merasa sikap meréka salah, padahal "seluruh kampung" menggunjingnya.
Berikut adalah beberapa kiat mendidik anak agar menjadi anak yang sabar, baik hati, dan menghormati orang lain:
- Menunjukkan teladan: Anak-anak sering meniru perilaku orang déwasa di sekitarnya. Oléh karena itu, sebagai orang tua, penting untuk menunjukkan perilaku sabar, baik hati, dan menghormati orang lain dalam keseharian kita.
- Membangun empati: Anak-anak yang empatik lebih cenderung memahami perasaan orang lain dan memperlakukan meréka dengan baik. Orang tua dapat membantu anak-anak meréka membangun empati dengan memperlihatkan rasa simpati dan mendengarkan ketika anak berbicara tentang perasaan meréka.
- Memberi perhatian dan waktu: Anak-anak yang merasa dihargai dan diberikan perhatian lebih cenderung memiliki perilaku yang lebih baik. Oleh karena itu, berikan waktu dan perhatian yang cukup pada anak.
- Memberikan pujian dan penghargaan: Anak-anak yang mendapatkan pujian dan penghargaan untuk perilaku baik cenderung melakukan perilaku tersebut lebih sering. Berikan pujian dan penghargaan pada anak ketika meréka memperlihatkan perilaku yang sabar, baik hati, dan menghormati orang lain. Harus dibédakan antara pujian atau penghargaan, dengan sanjungan. Sanjungan tidak baik, karena hanya membuat anak "terbang tinggi", dan suatu saat bisa membuatnya jatuh menyakitkan.
- Membatasi aksés pada média sosial dan gadget: Anak-anak yang terlalu banyak terpapar média sosial dan gadget cenderung memiliki perilaku yang buruk. Oléh karena itu, batasi aksés anak pada média sosial dan gadget dan gantilah dengan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti membaca, bermain di luar, atau menghabiskan waktu dengan keluarga.
- Mengajarkan keterampilan pengendalian diri: Anak-anak perlu mempelajari cara mengendalikan émosi meréka agar tidak cepat marah atau frustasi. Ajarkan anak Anda untuk bernapas dalam-dalam, menghitung hingga sepuluh, atau melakukan kegiatan lain yang membantu meréka merasa tenang. Di Program Pendidikan Guru Penggerak, para Calon Guru Penggerak (CGP) diajarkan tentang téknik ini.
- Melibatkan anak dalam kegiatan sosial: Mengikutsertakan anak dalam kegiatan sosial seperti bakti sosial atau kegiatan sukaréla lainnya dapat membantu meréka memperlihatkan rasa empati dan membangun nilai-nilai sosial yang positif. Ada baiknya orang tua mendorong anak-anaknya agar mengikuti kegiatan ékstra kurikulér dengan bersungguh-sungguh, misalkan Pramuka, PMR, Paskibra, atau Marching Band.
Dengan mengikuti kiat-kiat di atas, orang tua dapat membantu anak-anak meréka menjadi anak yang sabar, baik hati, dan menghormati orang lain. Namun, penting untuk diingat bahwa pendidikan anak membutuhkan waktu, kesabaran, dan konsisténsi. Tidak bisa dadakan seperti tahu bulat.
Akhirnya, izinkan saya mengutip ungkapan dari tokoh terkenal tentang pentingnya keteladanan bagi perkembangan anak.
"Children learn more from what you are than what you teach."
Ungkapan ini berasal dari W.E.B. Du Bois, seorang tokoh aktivis dan penulis Amérika Serikat yang terkenal pada abad ke-20. Du Bois mengajukan bahwa sebagai orang tua, kita harus menjadi teladan bagi anak-anak kita. Anak-anak belajar dari perilaku dan sikap kita lebih banyak daripada kata-kata kita. Oléh karena itu, jika kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi orang yang menghormati orang lain dan menghindari tindakan kekerasan, kita harus menunjukkan kepada meréka bahwa sikap tersebut penting dengan cara yang konsistén dan terus-menerus melalui perilaku kita sehari-hari.
Apakah ayah bunda punya kiat tersendiri dalam mendidik anak? Ayo bagikan di kolom komentar.
Rujukan: Bing Chat.
Comments ()