Kakak Ataukah Bapak/Ibu?
"Seorang Muslim tidaklah pantas disebut sebagai seorang Muslim jika ia tidak memuliakan tamunya dan menghormati mereka dengan sebutan yang baik." (Ali bin Abi Thalib, Khalifah keempat dalam Islam).
Ada orang tersinggung karena dipanggil "Pak" atau "Bu", sebab dirinya merasa masih muda, bahkan belum menikah. Sedangkan para bapak dan ibu guru, walau pun baru lulus S1 (berarti usianya sekitar 22 tahun) dan belum menikah, terbiasa dipanggil "Bapak" atau "Ibu" oléh murid, oléh rekan-rekan guru, dan oléh atasan (Kepala Sekolah atau Pengawas). Bagi guru, panggilan "Bapak" atau "Ibu" adalah panggilan kehormatan. Mirip seperti "Sir" atau "Ma'am".
Saya malah merasa kurang nyaman dipanggil "Kak" atau "Kakak". Apa lagi akhir-akhir ini banyak tenaga pemasaran yang menawarkan produk atau jasanya dan menyebut saya dengan panggilan "Kak". Misalkan: "Boléh saya daftarkan sekarang kak? Sedang promo lho!"
Penipu pun memanggil saya dengan sebutan "Kakak".
Akhirnya, sebutan "Kakak" yang seharusnya menjadi sebutan hormat, di telingaku menjadi sebutan yang "bikin parno". Hahaha…
Ada beberapa orang yang mencoba menghindari kesalahpahaman dengan mengawali kalimat seperti ini: "Maaf, boléhkah saya memanggil Kakak? Atau Bapak?" Cuma cara ini kurang éféktif untuk percakapan singkat, misalkan antara kasir dengan pembeli.
Sapaan dalam bahasa Indonesia memiliki banyak variasi tergantung pada situasi dan hubungan antara pembicara dan lawan bicara. Sapaan "Bapak" dan "Ibu" digunakan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan kepada orang yang lebih tua atau senior. Namun, beberapa orang lebih suka disapa dengan sapaan "Kakak" daripada "Bapak" atau "Ibu". Lalu, mengapa hal ini terjadi? Dan di negara mana saja hal seperti ini sering terjadi?
Pertama-tama, alasan seseorang memilih untuk dipanggil "Kakak" mungkin berbeda-beda tergantung pada individu dan konteks sosialnya. Ada beberapa alasan yang mungkin menjadikan "Kakak" sebagai sapaan yang lebih disukai dibandingkan dengan "Bapak" atau "Ibu". Beberapa di antaranya adalah:
- Tidak ingin terlihat tua Sapaan "Bapak" atau "Ibu" sering dikaitkan dengan usia tua dan kewibawaan. Bagi beberapa orang, dipanggil "Bapak" atau "Ibu" membuat mereka merasa tua dan kurang diminati. Oleh karena itu, mereka lebih suka dipanggil "Kakak" sebagai bentuk sapaan yang lebih santai dan merujuk pada kesamaan usia.
- Konteks sosial Di beberapa lingkungan, terutama di perkotaan, penggunaan sapaan "Kakak" sudah menjadi hal yang umum dan lebih disukai oleh orang-orang muda. Terlebih lagi jika lingkungan tersebut berisi banyak anak muda atau remaja, "Kakak" menjadi sapaan yang lebih natural dan lebih mudah diterima oleh semua orang.
- Budaya daerah Di beberapa daerah di Indonesia, penggunaan sapaan "Kakak" sudah menjadi bagian dari budaya dan kebiasaan sehari-hari. Hal ini terkait dengan adat istiadat yang menghargai kebersamaan dan kesederhanaan, sehingga sapaan "Kakak" menjadi lebih umum digunakan daripada "Bapak" atau "Ibu".
Penggunaan sapaan "Kakak" lebih umum di Indonesia, terutama di perkotaan dan di beberapa daerah tertentu. Namun, hal ini juga terjadi di negara-negara lain seperti Thailand, di mana sapaan "Nong" (yang artinya adik) dan "Pee" (yang artinya kakak) digunakan sebagai bentuk penghormatan pada seseorang yang lebih tua atau senior.
Dalam konteks global, penggunaan sapaan yang lebih santai dan informal semakin umum terutama di lingkungan yang lebih muda dan dinamis. Hal ini tercermin dalam penggunaan sapaan "Bro" atau "Sis" dalam bahasa Inggris, yang merujuk pada kesamaan usia atau kedekatan hubungan.
Nah, apakah ada di antara anda yang punya pendapat atau kiat-kiat jitu berkenaan dengan masalah sebutan ini? Sila ditulis di kolom komentar.🙏
Comments ()